BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Masalah
Menarik sekali ketika kita
membicarakan berpikir sistem, sebab masih banyak diantara kita ummat manusia
menyelesaikan permasalahan terkadang tidak berdasarkan atas pemahaman yang utuh
dari masalah tersebut. Seperti sebuah cerita dari hikayat Nasrudin ini:
Di suatu malam, seorang sahabat dari
Nasrudin mendapatinya sedang sibuk kebingungan mencari-cari sesuatu dibawah
lampu jalanan yang terang, sehingga dia bertanya kepada Nasrudin: “Wahai
sahabatku, apa yang kau cari siapa tahu aku bias membantumu” Nasrudin menjawab,
“aku kehilangan dompetku, bisakah kau menolongku mencarinya”
Sang sahabat serta merta mencari
hingga radius lebih dari 50 m dari lampu tersebut, karena berpikir pasti
Nasrudin kehilangan dompetnya disekitar itu. Namun setelah bersusah payah mencari,
sang sahabat jadi kebingungan karena tidak bisa menemukannya sehingga dia
bertanya kembali ke Nasrudin, “Wahai sahabaku, dimana kau kehilangan dompetmu?”
Nasrudin menjawab, “Aku kehilangannya di rumahku” Sang Sahabat sebal kenapa kok
dirumah dicarinya di sini, “Loh, kenapa kok mencarinya di Jalan ini, kenapa
tidak dirumah?” Nasrudin menjawab, “Rumahku lampunya kurang terang, lebih
terang disini, jadi aku lebih enak mencarinya disini”[1]
Cerita Nasrudin ini bisa diartikan
sebagai cara kita menyelesaikan permasalahan terkadang tidak berdasarkan atas
pemahaman yang utuh dari masalah tersebut. Sumber ketidak utuhan ini bisa saja
kemalasan, tidak tersedianya data, atau terlalu mengandalkan pengalaman kita sebelumnya
yang terbatas. Padahal pemahaman masalah yang baik merupakan langkah awal penyelesaian
masalah yang lebih baik. Tidak ada gunanya mengkritisi atau menyalahkan cara penyelesaian
masalah orang lain seandainya sumbernya adalah pemahaman masalahnya ternyata
salah atau kurang lengkap, karena orang tersebut pasti tidak akan merasa salah.
Bagi dia, solusi yang dilakukan telah logis dalam kerangka yang dia tahu. Dan
dalam makalah ini kami memaparkan Prinsip-Prinsip Berpikir Sistem yang
merupakan bagian dari pembahasan berpikir sistem.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar masalah diatas maka perlu dibuat rumusan masalah dalam makalah ini yaitu:
1.
Bagaimana
berpikir sistem itu?
2.
Apa
saja tujuan sistem
3.
Apa
saja batasan sistem?
4.
Apa
saja struktur sistem?
C. Tujuan
Adapun
tujuan makalah ini adalah:
1.
Untuk
mengetahui bagaimana berpikir sistem itu.
2.
Untuk
mengetahui apa saja tujuan sistem.
3.
Untuk
mengetahui apa saja batasan sistem.
4.
Untuk
mengetahui apa saja struktur sistem.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Apakah berpikir sistem
itu?
Berpikir adalah proses menjawab pertanyaan.[2] Apakah
anda sedang berpikir saat ini? Jika anda sedang menyusun jawaban atas pertanyaan
diatas, jawabannya adalah iya. Berpikir berbeda dengan melamun untuk satu hal
penting: adanya tujuan. Tujuan itu bisa berupa mencari akar permasalahan, memecahkan
permasalahan, atau mengambil kesimpulan.
Berbagai macam tujuan ini bisa
digabungkan menjadi satu menjadi tujuan sederhana yaitu upaya untuk menjawab
pertanyaan. Pencarian akar permasalahan merupakan jawaban atas: "apa akar
permasalahan?". Pemecahan masalah juga merupakan jawaban atas:
"Bagaimana memecahkan masalah ini?".
De Bono pernah menulis bahwa
bertanya seperti membuat sebuah lubang di jalan yang kita akan lewati. Untuk
bisa melewati jalan tersebut, kita akan terdorong selalu untuk mencoba menutup
lubang tersebut. Ini berarti, bertanya memicu sebuah proses pembuatan jawaban, yaitu
berpikir. Jika dijabarkan prosesnya maka kualitas proses menjawab pertanyaan
ini bergantung kepada keahlian berpikir kita dan pengetahuan yang kita miliki
dan bisa dillustrasikan seperti pada Gambar dibawah ini:[3]
Di dalam Gambar diatas maka sebuah
permasalahan dapat diterjemahkan sebagai sebuah pertanyaan yang harus dijawab
untuk memenuhi tujuan. Gambar ini dapat dibaca sebagai berpikir adalah proses
menjawab pertanyaan tertentu sebagai tujuan akhir dalam suatu kerangka cara
pandang kita berdasarkan kepada asumsi kita terhadap implikasi dan konsekuensi
(dari hasil berfikir kita nantinya) menggunakan data, fakta dan pengalaman
untuk menyusun hubungan & pertimbangan berdasarkan pengetahuan konsep dan
teori yang kita miliki. Kemampuan super-komputer otak kita membuat seluruh
proses ini berjalan secepat kilat untuk menghasilkan jawaban, bahkan lebih
cepat dibandingkan anda membaca kalimat ini.
Jawaban ini dilihat secara nyata
sebagai keputusan, pertimbangan atau pendapat yang akhir dikemukan baik secara
lisan maupun tulisan. Jika kita masukkan proses ini ke jalur lambat untuk kita
amati, maka kita bisa mengikuti prosesnya satu-persatu. Namun tetap diingat
bahwa pada kenyataannya semuanya saling berkaitan sehingga proses iteratif akan
terjadi dan berpindah-pindah secara dinamis dari satu aspek ke aspek lainnya..
Proses pertama yang terjadi adalah penentuan
kerangka pandang. Kerangka cara pandang ini bisa berupa arah pandang, sudut
pandang dan alat bantu memandang (seperti kacamata yang memiliki berbagai
model: kacamata khusus baca, olahraga, kerja lapangan, bahkan menyelam ).
Biasaya arah pandang pertama adalah sudut pandang kita sendiri, berikutnya baru
orang lain atau kelompok lain. Sebagai sebuah sudut, maka lebar derajat sudut
dalam sudut pandang tergantung dari apa yang anda ingin dan mampu melihat.
Ingin berarti seberapa besar informasi yang ingin anda pertimbangkan. Mampu
tergantung dari aspek lain seperti pengalaman, data dan fakta juga menentukan
alat bantu pandang apa yang ingin anda gunakan.
Contoh sederhananya adalah alat
pandang 5W+1H (What, Where, Why, Who, When dan How), yang dapat membantu kita
untuk memandang permasalahan. Ada lagi alat seperti SWOT, Plus Minus dsb.
Lalu Data dan fakta akan
menjadi sebuah informasi yang akan anda proses dalam membuat jawaban. Kebutuhan
data dan fakta akan tergantung dari cara pandang, konsep teori yang anda pelajari
serta implikasi yang anda proyeksikan. Data dan fakta bisa berbentuk dokumen, informasi
kredibel dan kajian analisa yang kuantitatif. Pengalaman memberikan
makna kepada data dan fakta yang anda kumpulkan. Pengalaman bisa dibangun
melalui secara langsung melalui sejarah kehidupan kita atau secara tidak langsung
melalui pendidikan formal yang kita alami. Karena pendidikan formal dapat
dipandang sebagai proses pertukaran pengalaman. Pengalaman dari guru/dosen ke
mahasiswa, senior ke yunior, dari penulis buku dengan pembacanya dan
sebagainya.
2. Apakah sistem itu?
Secara operasional dari kata-kata
yang sering akan kita jumpai ketika berbicara tentang berfikir sistem, yaitu
Sistem, Sistematis, Sistemik. Sistem merupakan keterpaduan (wholism)
antar elemen-elemen (sub-sistem) yang saling berinteraksi, berintegrasi, sharing,
sinergi dan kolaborasi untuk suatu tujuan tertentu, dengan proses mekanisme
metabolisme loop-feedback, input-proses-output tertentu, dengan target produk
dan waktu pencapaian tertentu, dengan mekanisme kontrol perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi secara kontinyu, bersifat terbuka, mempunyai
batasan-batasan tertentu dan berada atau terkait pada lingkungan tertentu.[4]
Sistem adalah sebuah obyek analisa yang memiliki komponen/bagian yang
saling berinteraksi dalam suatu aturan-aturan tertentu untuk mencapai sebuah
tujuan.[5]
Winardi juga mengutip pendapat J.H.R Van De Poel tentang pengertian
sistem yaitu: sekumpulan elemen diantara mana terdapat hubungan-hubungan, yang kerapkali
kali dalam literatur-literatur dapat ditemukan kata-kata tambahan , elemen-elemen
mana dapat ditujukan kearah pencapaian sasaran umum tertentu.[6]
Sistem sebenarnya adalah sebuah kelompok yang ketika bekerja
seperti seharusnya akan memiliki ciri sistem yang berbeda dari ciri-ciri
komponen-komponen pembentuknya.
Jadi berpikir sistem itu adalah
Keahlian berpikir untuk melihat struktur umpan-balik sebab-akibat pada
elemen-elemen sistem permasalahan.
B.
Tujuan Sistem
Sistem bisa memiliki tujuan yang
banya sekali, dan bisa juga satu tujuan yang sama, merupakan tujuan banyak sistem.
Ciri inti dari sistem adalah ia
berorientasi pada tujuan dan prilakunya atau segala kegiatannya bertujuan.
Adapun secara umum tujuan sistem itu adalah menciptakan atau mencapai sesuatu
yang berharga, sesuatu yang mempunyai nilai.[7]
Apapun wujudnya dan apa ukuran bernilai atau berharga. Penciptaan dan
pencapaian sesuatu yang berharga itu dilakukan dengan memadukan dan
mendayagunakan berbagai macam bahan dengan sesuatu cara tertentu seperti contoh
dibawah ini tentang berbagai bahan yang dimanfaatkan oleh sistem untuk mencapai
tujuannya:
|
MOBIL
|
MANUSIA
|
SEKOLAH
|
|
Bensin
Oli
Air
|
Makanan, minuman
Pakaian
Buku
|
Orang
Sarana
Prasarana
|
Jadi sesuatu yang berharga atau bernilai yang diciptakan atau
dihasilkan dari sumber-sumber tersebut menunjukkan atau mencerminkan tujuan
atau berbagai tujuan sistem tersebut. Adapun tujuan khas dari ketiga contoh
sistem tersebut seperti:
|
MOBIL
|
MANUSIA
|
SEKOLAH
|
|
Transportasi
Kenyamanan
Status
Uasaha
|
Kelestraian hidup dan kesehatan
Kepuasan diri
Kekuatan fisik
Kekeuatan mental
|
Manusia terdidik
Pengembangan ilmu
Pembinaan masyarakat
|
Sebagaiman yang sudah disebutkan,
bahwa tujuan sesuatu sistem bisa lebih dari satu, dengan kata lain sistem itu
bisa mempunyai tujuan ganda (multiple purposes), dari sekian banya
tujuan sistem tersebut, mungkin salah satunya adalah tujuan yang terpenting,
tujuan yang paling mendasar, atau yang mendapatkan prioritas un tuk dicapai.
Lalu dasar yang digunakan untuk
menentukan suatu tujuan yang diprioritaskan tentu bermacam-macam. dan ada empat
empat tolok ukur atau kriteria untuk memilih penting tidaknya suatu tujuan
yaitu:[8] kualitas,
kuantitas, waktu dan biaya. Karena orang memilih sesuatu berdasarkan
kualitas, kuantitas, waktu dan biaya yang rendah. seperti contoh dibawah ini:
|
Kriteria nilai
|
Mobil
|
Manusia
|
Sekolah
|
|
Kualitas
|
Daya tahan kenyamanan
|
Hidup sehat
Kecerdasan tinggi
|
Guru kompeten
Prestasi lulusan tinggi
|
|
Kuantitas
|
Banyak model
Irit bensin
|
Umur panjang
|
Banyak menghasilkan lulusan
|
|
Waktu
|
Mudah diperoleh
|
Belajar jangka pendek
|
Waktu belajar singkat
|
|
Biaya
|
Nilai tukar bertambah
|
Biaya kesehatan rendah
|
SPP rendah
|
Jadi sudah barang tentu keempat kriteria tersebut tidak selalu
sejalan, artinya baik dari segi kualitas, kuantitas, waktu maupun biaya bisa
dipilih yang paling menguntungkan. Sebab ada orang yang mempunyai tidak banyak
uang sehingga harus membeli mobil yang harganya murah, walaupun kurang tahan
dan nyaman, dan begitu juga dengan yang lainnya.
C.
Batasan Sistem
Suatu sistem jika mau dikatakan sebagai sistem harus mempunyai
batas yang memisahkannya dari lingkungannya, sehingga dengan adanya konsep
pengertian batas sistem dimungkinkan adanya perhatian khusus terhadap sesuatu
sistem didalam hirarki sistem, dan batas sistem itu bisa berwujud fisik atau
konseptual, seperti jam weker misalnya batas-batasnya jelas dan bebentuk fisik,
sementara kelompok sosial batas-batasnya tidak selalu berwujud fisik.[9]
Adapun pengertian dari batasan sistem yang dikaitkan dengan
batasnya seperti berikut ini:[10]
1.
Catat
semua komponen yang membentuk sistem dan berikan batas-batas sekitarnya, segala
sesuatu yang didalam batas tersebut disebut sistem, dan segala yang diluarnya
disebut lingkungan sistem.
2.
Catat
semua aliran yang melewati batas sistem, aliran yang berasal dari lingkungan
kedalam sistem disebut masukan (input) sedang dari dalam sistem keluar
sistem disebut keluaran (outpt).
3.
Catat
semua unsur yang turut membantu mencapai tujuan tertentu dari sistem lalu
masukkan kedalam batas sistem jika belum termasukkan.
Kemudian konsep batas sistem ini lebih jelasnya bisa dilihat pada
gambar dibawah ini:
|
Dan segala
yang ada diluar batas merupakan lingkungan
|
Gambar
2 konsep batas sistem
Segala sesuatu yang
masuk kesistem disebut input, dan yang keluar dari sistem disebut output
sebagaimana yang digambarkan dibawah ini:
|
SISTEM
|
(input) (output)
Gambar 3 model
sistem sederhana
Kemudian davis juga
memberikan contoh batas sistem seperti
tabel dibawah ini:[11]
|
SISTEM
|
BATAS
|
|
Manusia
Produksi
|
Kulit,
rambut, kuku, dan semua bagian yang termuat didalam membentuk sistem semua
yang berada diluarnya disebut lingkungan.
Mesin
produksi, pegawai, prosedur produksi, dan sebagainya membentuk sistem.
sisanya dari bagian-bagian perusahaan merupakan lingkungan.
|
D.
Struktur sistem –sub sistem
Suatu sistem terdiri dari beberapa sub
sistem atau bagian yang lebih kecil, atau disebut juga unsur atau komponen,
menurut Awad istilah komponen ada tiga hal yaitu:[12]
1.
Bagian-bagian
fisik, seperti sayap mesin dan ekor pesawat terbang
2.
Langkah-langkah
administrasi seperti perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengotrolan.
3.
Subsistem
yang kedudukannya lebih rendah atau lebih kecil.
Komponen atau subsistem
suatu sistem yang terdiri lagi dari berbagai subsistem yang lebih kecil, begitu
seterusnya seperti terlihat dibawah ini, jadi sebenarnya suatu sistem dapat
merupakan subsistem dari sistem yang lebih besar atau lebih kuat.
SISTEM---Sistem Pendidikan Nasional
SUBSISTEM--- Sistem Pendidikan Tinggi
SUB SISTEM--- IKIP
SUB-SUB
SISTEM--- FIP
SUB- SUB-SUB SISTEM---Jurusan Administrasi
Pendidikan
SUB-SUB-
SUB-SUB SISTEM--- Keluarga Mahasiswa Jurusan AP
SUB- SUB-SUB- SUB-SUB SISTEM---Koperasi Mahasiswa Jurusan AP
Keterangan bahwa
suatu sistem merupakan sub sistem dari sistem-sistem yang lebih besar atau yang
lebih luas akan nampak dari ilutrasi-ilustrasi diatas jika melihatnya dari
bawah. Jadi sistem konversi data merupakan subsistem dari sistem operasi EDP
(pengolahan data secara elektronik), dan sistem operasi EDP sendiri merupakan
subsistem dari sistem informasi, dan sistem informasi merupakan subsistem dari
sistem perusahaan. koperasi mahasiswa dari jurusan administrasi pendidikan
sebagai suatu sistem merupakan merupakan salah satu subsistem dari sistem
organisasi kemahasiswaan di jurusan administrasi pendidikan, yang disebut
keluarga mahasiswa jurusan administrasi pendidikan. Keluarga mahasiswa jurusan administrasi pendidikan
sebagai suatu sistem merupakan sub sistem saja dari jurusan administrasi
pendidikan. Jurusan administrasi pendidikan sebagai suatu sistem yang merupakan
bagian dari fakultas ilmu pendidiikan, demikian seterusnya sehingga tampak
bahwa segala apa yang ada ini merupakan suatu bagian atau merupakan subsistem
saja dari sistem alam raya.
BAB III
SIMPULAN
Berpikir sistem mampu memfasilitasi
proses yang lebih baik dalam memahami masalah. Dengan memandang permasalahan
sebagai sebuah sistem, kita bisa terlepas dari jebakan untuk hanya memfokuskan
diri memperbaiki apa yang rusak. Pemahaman sebagai sistem akan mengembangkan
fokus kita kepada adanya hubungan antara apa yang rusak dengan komponen lainnya.
Hubungan ini bisa menimbulkan keterkaitan, dan keterkaitan bisa berujung kepada
ketergantungan, sehingga kita bisa melihat peluang baru dan lebih baik dalam
menyelesaikan masalah. Proses yang dinamis inilah yang membuat berpikir sistem
disebut sebagai sebuah seni untuk secara simultan memandang pohon tanpa
melupakan perhatian terhadap hutan (the art of seeing trees without
forgetting the forest).
DAFTAR PUSTAKA
Amirin. Tatang M., Pokok-Pokok Teori Sistem, Jakarta : PT
Raja Grafindo
Persada, 2011.
Awad.
Elias M, System Analysis And Design, Homewood, Illinois, 1997.
Maryono.
Agus, Pola Pikir Sistem, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,
2014.
Hidayatno.
Akhmad, berpikir sistem; pola berpikir untuk pemahaman masalah
yang lebih baik,
Yogyakarta : Leutika Prio, 2013.
Edward.
De Bono, Berpikir Lateral , Jakarta: Erlangga, 1991.
Ibod, Kitab Komik Sufi : Hikayat Nasruddin Hoja,
Indonesia: Penerbit Muara,
2015.
Winardi, Teori
Sistem dan Analisa Sistem, Jakarta, PT. Karya Nusantara, 1980.
Voich, J., Shrode,
William, A.,Organization and Management: Basic System
Concepts, Kuala Lumpur: Irwin Book Co., 1974.
James.
G. Murdick, Roger/Joel E. Ross/ Sistem Informasi Untuk Manajemen
Modern, R
Claggett. Erlangga, 1993.
Gordon
B. Davis, Management
Information System, Conceptual Foundations,
Structure, And Development, Aukland:
Mc. Graw Hill, 1974.
[1] Ibod, Kitab Komik Sufi : Hikayat
Nasruddin Hoja (Indonesia: Penerbit Muara, 2015), h. 87.
[2] Akhmad
Hidayatno, berpikir sistem; pola berpikir untuk pemahaman masalah yang lebih
baik (Yogyakarta : Leutika Prio,
2013), h. 16.
[3] De Bono,
Edward. Berpikir Lateral (Jakarta: Erlangga, 1991), h.35.
[4] Agus Maryono, Pola
Pikir Sistem (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2014), h. 21.
[5] Akhmad
Hidayatno, berpikir sistem, h.30.
[6] Winardi, Teori
Sistem dan Analisa Sistem (Jakarta, PT. Karya Nusantara, 1980), h. 2.
[8]
Shrode, William, A., dan Dan Voich, J., Organization and Management: Basic
System Concepts (Kuala Lumpur: Irwin Book Co., 1974), h.125.
[9] Tatang M.
Amirin, Pokok-Pokok Teori Sistem, h. 25.
[10] G. Murdick,
Roger/Joel E. Ross/James. Sistem Informasi Untuk Manajemen Modern (R
Claggett. Erlangga, 1993) h. 408.
[11]
Davis, Gordon B.
Management Information System, Conceptual Foundations, Structure, And
Development (Aukland: Mc. Graw Hill, 1974), h. 83.
[12] Elias M. Awad,
System Analysis And Design (Homewood, Illinois, 1997), h.4.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar